SISTEM REGULASI : Sistem Saraf, Sistem Endokrin dan Sistem Indra

SISTEM REGULASI : Sistem Saraf, Sistem Endokrin dan Sistem Indra
SISTEM REGULASI : Sistem Saraf, Sistem Endokrin dan Sistem Indra



A. Sistem Saraf

Suatu negara modern akan lumpuh, jika tidak memiliki sistem komunikasi telepon yang menggunakan kabel-kabel yang tersebar di kota-kota besar dan kecil. Demikian juga tubuh manusia, tanpa sistem saraf, akan mengalami kelumpuhan.
Saraf adalah jaringan komunikasi tubuh. Saraf membawa pesan ke dan dari, memberi tahu, dan melakukan koordinasi.
Dilihat dari cara kerja dan fungsinya, saraf bagaikan sebuah jaringan komunikasi. Sistem saraf berfungsi untuk menerima pesan dan menanggapi pesan tersebut. Dalam hal ini, pesan disebut rangsang. Saraf merupakan bagian dari tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang dan kemudian menanggapi rangsang tersebut.
Sistem saraf manusia terdiri atas otak, sumsum tulang belakang, dan saraf yang menghubungkan bagian pusat dengan bagian dalam tubuh. Sistem saraf memiliki pusat pengaturan yang disebut sistem saraf pusat. Untuk menyampaikan suatu pengaturan, sistem saraf pusat dibantu oleh sistem saraf tepi. Fungsi sistem saraf pada manusia adalah untuk mengatur organ-organ atau alat- alat tubuh agar terjadi keserasian kerja, menerima rangsangan sehingga dapat mengetahui dengan cepat keadaan dan perubahan yang terjadi di lingkungan sekitar, dan mengendalikan serta memberikan reaksi terhadap rangsangan yang terjadi pada tubuh.
Informasi lingkungan dari reseptor tubuh atau indra menuju pusat pengolahan informasi misalnya otak, memerlukan suatu media. Media tersebut berupa sel, yaitu sel saraf (sel neuron). Jadi, sel tersebut berfungsi mengantarkan informasi dari reseptor ke sistem pengolahan informasi, kemudian menyampaikan tanggapannya ke efektor. Adapun efektor adalah sel atau organ yang digunakan hewan untuk bereaksi terhadap rangsangan. Informasi yang disampaikan disebut impuls saraf. Sistem saraf tersusun atas sel-sel saraf dan sel-sel pendukungnya (neuroglia). Sel-sel neuroglia merupakan jaringan penyokong, sebagai isolasi dan tempat makanan cadangan karena banyak mengandung glikogen.
Sistem saraf memiliki tiga fungsi yang saling berhubungan, yaitu input sensoris, integrasi, dan output motoris. Input sensoris merupakan penghantar impuls atau sinyal dari reseptor, misalnya mata. Integrasi merupakan proses pengolahan impuls atau sinyal untuk menghasilkan respons. Adapun output motoris adalah penghantar impuls dari pusat pengolahan (otak) ke sel-sel efektor, misalnya sel-sel otot yang akan menghasilkan respons tubuh.
Sistem saraf tersusun atas berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi. Sistem saraf menerima berjuta-juta informasi yang berasal dari berbagai organ. Semua rangsangan tersebut akan bersatu untuk memberikan respon. Rangsangan dapat berasal dari dalam tubuh dan dari luar tubuh. Untuk bereaksi terhadap rangsangan, tubuh kita memerlukan reseptor, sistem saraf, dan efektor. Dalam kegiatannya, saraf mempunyai hubungan kerja seperti mata rantai (berurutan) antara reseptor, sistem saraf, dan efektor.
Reseptor adalah satu atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya yang berfungsi mengenali rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh. Sistem saraf berperan menerima, mengolah, dan meneruskan hasil olahan rangsangan ke efektor. Alat penerima rangsang (reseptor) adalah; Reseptor luar/eksoreseptor, berfungsi menerima rangsang bau, rasa, sentuhan, cahaya, suhu; dan Reseptor dalam/interoreseptor, berfungsi menerima rangsang rasa lapar, kenyang, nyeri, kelelahan.

Baca juga Pengertian, Jenis, Karakteristik dan Pengelolaan Limbah

1. Sel Saraf
Saraf adalah bagian tubuh yang berfungsi menerima rangsang dan kemudian menanggapi rangsang tersebut. Jaringan saraf tersusun atas sel-sel yang mempunyai bentuk khusus. Sel-sel tersebut dinamakan neuron dan neuroglia. Neuron berfungsi sebagai pembawa informasi baik dari organ penerima rangsang menuju pusat susunan saraf maupun sebaliknya. Sedangkan, neuroglia berperan mendukung sel neuron sehingga sel neuron mampu melakukan tugasnya.
Untuk mendukung kinerja menyampaikan sinyal ke sel lainnya, sel neuron membentuk sebuah juluran-juluran sitoplasma yang disebut dendrit. Dendrit inilah yang menjadi perantara bagi pergerakan sinyal dari organ reseptor ke pusat pengolahan saraf. Jika simpul ini hilang atau rusak, seseorang akan mengalami kepikunan (jika terjadi di otak), atau mati rasa (jika terjadi di bagian organ lain). Neuron tersusun atas tiga bagian, yaitu:
a. Badan sel saraf (Perikarion)
b. Dendrit
c. Akson (Neurit)
2. Proses Penghantaran Impuls
3. Terjadinya Gerak Biasa dan Gerak Refleks
4. Susunan Sistem Saraf

B. Sistem Endokrin
Selain sistem saraf, tubuh manusia memiliki sistem lain yang berfungsi mengontrol dan mengatur aktivitas organ-organ tubuh. Sistem lain tersebut adalah sistem endokrin. Cara kerja sistem endokrin berbeda dengan sistem saraf. Pada sistem saraf, informasi yang disampaikan berupa sinyal-sinyal listrik untuk membuat sel-sel merespons. Adapun pada sistem endokrin, informasi yang disampaikan berupa senyawa kimia. Sistem endokrin bekerja dengan cara menghasilkan hormon. Hormon adalah sinyal berupa senyawa kimia yang disekresikan ke dalam peredaran darah. Hormon dihasilkan oleh suatu kelenjar yang disebut kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin disebut juga kelenjar buntu karena tidak memiliki saluran khusus, sehingga hormon yang dikeluarkan akan masuk dalam peredaran darah dan memengaruhi organ-organ tertentu. Akan tetapi, terdapat suatu sel khusus yang menghasilkan hormon sekaligus menyampaikan impuls saraf. Sel khusus tersebut dinamakan sel neurosekretori.
Selain kelenjar endokrin, terdapat kelenjar lain yang berfungsi menyekresikan senyawa kimia. Kelenjar tersebut adalah kelenjar eksokrin. Kelenjar eksokrin menyekresikan senyawa kimia yang akan dikeluarkan melalui suatu saluran menuju rongga tubuh atau kulit. Contoh kelenjar eksokrin yaitu kelenjar keringat.
Sebagai penjaga keseimbangan tubuh, maka hormon ini memiliki mekanisme kerja umpan balik, artinya adalah jumlah produksi hormon tertentu akan berpengaruh terhadap produksi hormon yang lain. Misalnya, kerja antara PTH dan hormon tiroksin memberikan suatu sistem pengawasan dan keseimbangan homeostasis dengan cepat setelah terjadi suatu perubahan.
Selain itu, sekresi beberapa hormon juga dipengaruhi oleh kebutuhan akan hormon tersebut. Beberapa hormon bekerja secara antagonis, contohnya, insulin dengan glukogen, serta PTH dengan kalsitonin.
Pengaturan hormon yang lain adalah apabila sebuah hormon merangsang produksi hormon kedua, maka hormon kedua dapat menekan produksi hormon pertama tadi. Hubungan ini dapat dilihat antara estrogen dengan FSH. Jika jumlah estrogen naik, maka justru akan menekan produksi FSH.
Sistem endokrin memiliki beberapa fungsi bagi tubuh. Fungsi tersebut antara lain berperan dalam homeostatis, reproduksi, dan perkembangan.
Terdapat perbedaan kecepatan penyampaian pesan pada sistem saraf dan sistem endokrin. Pada sistem saraf, impuls yang diterima akan direspon dalam waktu yang cepat. Adapun pada sistem endokrin, sinyal berupa hormon akan direspons dalam waktu yang lambat. Hal tersebut dikarenakan media atau jalur perambatan rangsang yang berbeda antara sistem saraf dan sistem endokrin. Pada tubuh manusia, terdapat beberapa kelenjar endokrin yang berbeda-beda. Kelenjar-kelenjar tersebut memiliki letak, struktur, fungsi dan hormon yang berbeda-beda.

Baca juga Ciri, Sifat, Macam, Teknik Penganggulangan dan Dampak polusi terhadap kesehatan manusia

1. Kelenjar Hipofisis (Pituitari)
Kelenjar hipofisis disebut juga “master of gland” karena menyekresikan hormon yang akan memengaruhi kerja hormon lain. Kelenjar hipofisis terletak di bawah hipotalamus. Kelenjar hipotalamus memerintahkan kelenjar hipofisis bagian depan dan belakang untuk menghasilkan atau menghambat produksi hormon kelenjar endokrin lain sesuai dengan kebutuhan. Kelenjar hipofisis terdiri atas hipofisis posterior dan hipofisis anterior.
2. Kelenjar Tiroid dan Paratiroid
Kelenjar tiroid dan paratiroid berada di daerah leher. Sering disebut kelenjar gondok (tiroid) dan kelenjar anak gondok (paratiroid). Kelenjar tersebut berfungsi mengatur kesetimbangan kadar kalsium serta laju metabolisme tubuh Kelenjar tiroid berada di daerah leher bagian bawah jakun, di atas trakea, terdapat dua lobus menyamping dan dihubungkan oleh bagian yang disebut isthmus. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroksin dan kalsitonin.
3. Kelenjar Pankreas
Pankreas merupakan kelenjar yang berfungsi sebagai kelenjar eksokrin maupun endokrin. Sebagai kelenjar eksokrin, pankreas menghasilkan enzim yang berperan dalam proses pencernaan makanan. Sementara itu, sebagai kelenjar endokrin, pankreas menghasilkan hormon. Hormon tersebut diproduksi di bagian pulau Langerhans. Di dalam pulau-pulau Langerhans terdapat sel beta yang menyekresikan insulin dan sel alfa yang menyekresikan glukagon. Pada seseorang yang tubuhnya tidak dapat memproduksi insulin akan menimbulkan penyakit diabetes mellitus. Diabetes mellitus memiliki ciri-ciri glukosa dalam urine tinggi, mudah haus, dan mudah lelah.
4. Kelenjar Adrenal
Kelenjar adrenal disebut juga kelenjar anak ginjal. Kelenjar ini terletak di atas setiap ginjal. Setiap kelenjar tersusun atas dua bagian, yaitu korteks dan medula. Kerja medula adrenal dipengaruhi oleh sistem saraf otonom, sedangkan korteks adrenal dipengaruhi oleh hormon ActH dari hipofisis anterior. Korteks menghasilkan hormon jenis kortikoid, sedangkan medula menghasilkan hormon jenis adrenalin. Ketakutan, marah, sakit, dan dingin dapat merangsang medula untuk menghasilkan adrenalin dalam jumlah banyak. Adrenalin merangsang perubahan glikogen menjadi glukosa sehingga banyak energi yang terbentuk. Respons tubuh terhadap adrenalin membuat seseorang dapat menghadapi bahaya atau meninggalkannya
5. Kelenjar Gonad
Kelenjar kelamin (gonad) menghasilkan hormon kelamin. Pada wanita, gonad terletak pada ovarium, sedangkan pada pria terletak pada testis. Testis dan ovarium mensekresikan hormon seks yang berperan dalam produksi sel-sel kelamin.
6. Kelenjar Pineal
Kelenjar pineal berukuran sebesar kacang tanah yang terletak di tengah-tengah otak. Kelenjar ini menghasilkan hormon melatonin yang berfungsi mengatur ritme biologis, misalnya tidur. Pada saat malam hari, konsentrasi melatonin akan tinggi, sehingga membuat seseorang tidur. Adapun pada siang hari, konsentrasi melatonin rendah sehingga membuat seseorang terjaga.
7. Kelenjar Timus
Kelenjar timus terletak di bawah kelenjar tiroid dan paratiroid. Kelenjar tersebut ikut berperan dalam pengaturan pertumbuhan dengan menyekresikan hormon somatotropin. Kelenjar ini juga menghasilkan hormon timosin yang berfungsi dalam pematangan limfosit T. Limfosit T merupakan jenis sel darah putih yang berperan dalam kekebalan tubuh.
8. Gangguan pada Sistem Endokrin
Jika produksi hormon pada tubuh manusia bisa berlebihan atau bahkan kekurangan, maka kelenjar-kelenjar endokrin akan mengalami gangguan. Berikut beberapa contoh gangguan dan penyakit yang dapat terjadi pada sistem endokrin.

Baca juga Pengertian Ekosistem Dan Konservasi

C. Sistem Indra
Indra merupakan sensor tempat masuknya rangsang atau impuls saraf ke dalam tubuh. Indra mempunyai sel-sel reseptor khusus untuk mengenali perubahan lingkungan sehingga fungsi utama indra adalah mengenal lingkungan luar atau berbagai rangsang dari lingkungan di luar tubuh kita. Impuls yang dapat diterima oleh indra tersebut dapat berupa panas, tekanan, cahaya, rangsang kimia, atau gelombang suara. Dengan memiliki indra kita mampu mengenal lingkungan dan menanggapi perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan. Oleh karena itu, kita dapat melindungi tubuh kita terhadap gangguan- gangguan dari luar tubuh.
Setiap indra yang kita miliki terdiri dari alat penerima rangsang dan urat saraf. Alat indra terdiri dari bagian-bagian yang berfungsi menerima, mengolah, dan menjawab rangsang. Dalam tubuh terdapat lima sistem indra, yaitu indra penglihatan (mata), indra pendengaran (telinga), indra pembau (hidung), indra peraba (kulit), dan indra pengecap (lidah).
Kelima indra tersebut berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan luar, maka disebut eksoreseptor. Reseptor yang berfungsi untuk mengenali lingkungan dalam, misalnya nyeri, kadar oksigen atau karbon dioksida, kadar glukosa dan sebagainya, disebut interoreseptor. Sel-sel interoreseptor, misalnya terdapat pada sel otot, tendon, ligamentum, sendi, dinding saluran pencernaan, dinding pembuluh darah, dan lain sebagainya. Walaupun demikian, sesungguhnya interoreseptor terdapat di seluruh tubuh manusia. Interoreseptor yang membantu koordinasi dalam sikap tubuh disebut kinestesis.

1. Indra Penglihatan (Mata)
Mata merupakan alat indra yang dapat menerima rangsang cahaya. Mata dapat dibedakan menjadi tiga lapisan berbeda, yaitu:
a. lapisan luar yang terdiri atas sklera dan kornea,
b. lapisan tengah yang berisi koroid, badan silia, dan iris,
c. lapisan dalam, tempat retina.
Bagian mata yang paling besar dan berwarna putih adalah sklera. Sklera merupakan tempat otot mata melekat, di dalamnya terdapat jaringan ikat yang berwarna putih.
Lapisan bening di depan sklera, tempat cahaya masuk dinamakan kornea. Di dalam kornea terdapat cairan pengisi mata, yaitu aqueos humor. Cahaya yang masuk mata diatur intensitasnya oleh sebuah kepingan yang bernama iris. Iris mempunyai banyak pembuluh darah dan mengandung pigmen warna yang menyebabkan adanya perbedaan warna pada mata.
Fungsi iris mirip dengan diafragma pada kamera foto. Jika intensitas cahaya tinggi, lubang tempat cahaya masuk dipersempit. Begitu pula sebaliknya. Pada iris, bagian lubang yang berubah sesuai dengan intensitas cahaya yang masuk dinamakan pupil. Pupil terletak di bagian tengah iris. Pupil inilah yang merupakan gerbang cahaya masuk ke mata. Pergerakan pupil didukung oleh otot halus yang berada di sekitar pupil. Di belakang iris terdapat sebuah lensa bikonveks untuk memfokuskan cahaya yang masuk sehingga bayangan yang dilihat jelas. Pergerakan lensa dilakukan oleh suatu otot mata. Lensa dibangun oleh protein yang disebut protein kristalin. Protein tersebut sangat jernih sehingga memungkinkan cahaya masuk ke dalam mata.

Kemampuan mata untuk memfokuskan cahaya yang masuk disebut daya akomodasi mata seperti halnya kamera fotografi, mata mempunyai jarak fokus terdekat maksimal untuk dapat berakomodasi. Sementara itu, untuk pandangan jarak jauh fokus lensa mata tidak terbatas.
Di antara retina dan iris, terdapat cairan pengisi yang disebut cairan vitreal. Pada bagian retina inilah, rangsang cahaya diubah menjadi impuls saraf yang dikirim ke sistem saraf pusat. Bayangan yang dibiaskan oleh lensa mata akan jatuh di daerah sempit di retina yang disebut fovea.
Pada retina terdapat sel batang yang sensitif terhadap cahaya redup dan tidak dapat membedakan warna. Selain itu, terdapat juga sel kerucut yang sensitif terhadap cahaya terang dan dapat membedakan warna. Sel batang dan sel kerucut banyak mengandung pigmen penglihatan retinal (turunan vitamin A) yang terikat pada protein membran yang disebut opsin. Struktur opsin berbeda-beda pada tiap jenis fotoreseptor dan kemampuan penyerapan cahaya retina bergantung pada jenis opsin yang dimiliki.
Sel batang memiliki jenis opsin tersendiri yang dipadukan dengan retinal menjadi pigmen penglihatan yang disebut rhodopsin. Pada saat rhodopsin menyerap cahaya, komponen kimiawi retina berubah bentuk dan memicu implus saraf ke otak. Saat gelap, enzim mengubah retina kembali ke bentuk semula dan bersama opsin membentuk rhodopsin. Cahaya terang mencegah pembentukan kembali rhodopsin dan sel batang menjadi tidak responsif. Pada saat inilah sel kerucut bekerja.
Ada tiga jenis sel kerucut dengan jenis opsin yang berbeda. Setiap opsin akan berpadu dengan retinal. Semua pigmen penglihatan pada sel kerucut ini disebut photopsin. Tiga jenis sel kerucut, yakni sel kerucut merah, sel kerucut hijau, dan sel kerucut biru bergantung pada jenis photopsinnya. Persepsi otak terhadap warna selain merah, hijau dan biru, bergantung pada rangsang yang didapat dari dua atau tiga jenis sel kerucut. Misalnya, jika sel kerucut merah dan hijau terangsang maka kita akan melihat warna kuning atau
oranye.

Baca juga Ringkasan Materi IPA Zat Aditif dan Zat Adiktif

Buta warna disebabkan oleh kerusakan atau tidak terdapatnya satu jenis atau lebih dari satu jenis sel kerucut. Buta warna umumnya terjadi pada laki-laki karena merupakan kelainan turunan yang terpaut kromosom X.
Di bagian fovea terdapat daerah yang peka terhadap cahaya disebut bintik kuning, sedangkan bagian yang tidak peka terhadap cahaya disebut bintik buta. Bayangan yang jatuh di daerah bintik buta tidak akan diterjemahkan oleh otak sebagai bayangan.

Mata seperti organ tubuh yang lain juga dapat mengalami kelainan. Beberapa kelainan dan gangguan kesehatan pada mata adalah sebagai berikut.
a. Faktor Keturunan, kelainan ini terjadi pada sel-sel retina yang dikenal dengan buta warna, Pada kelainan ini penderita tidak dapat membedakan warna-warni benda.
b. Kelainan pada Akomodasi Lensa Mata ada empat macam yaitu
1) Astigmat adalah suatu keadaan mata yang mengalami pandangan kabur. Ini disebabkan karena rusaknya kornea mata. Untuk mengatasinya seseorang harus menggunakan kacamata silindris.
2) Miopi (rabun dekat), kelainan ini disebabkan karena daya akomodasi yang lemah, sehingga bayangan benda tidak tepat pada bintik kuning, melainkan di depan bintik kuning. Gejala kelainan ini hanya dapat melihat dalam jarak lebih dekat dari normal, kurang dari 30 cm, untuk mengatasinya penderita harus menggunakan kacamata lensa negatif.
3) Hipermetropi (rabun jauh), gejala penyakit hipermetropi adalah seseorang hanya dapat melihat dengan jarak yang jauh sekitar lebih jauh dari 30 cm. Untuk mengatasinya penderita harus menggunakan kacamata lensa positif.
4) Presbiop Kelainan presbiop sering diderita oleh orang tua, disebabkan daya akomodasi berubah-ubah akibat titik proksimum dan remotum penglihatan berubah-ubah. Untuk mengatasinya penderita harus menggunakan kacamata berlensa rangkap yaitu positif dan negatif.
Penyakit yang terjadi pada mata antara lain katarak, trachoma, kekurangan vitamin A.
a. Katarak merupakan keadaan pengeruhan pada lensa mata. Sebabnya adalah diabetes melitus, sinar X, obat-obat kortison dalam waktu lama. Penyakit ini dapat disembuhkan melalui operasi, dengan menanam lensa buatan di dalam bola mata.
b. Trakhoma merupakan penyakit yang disebabkan terjadinya peradangan konjungktiva, karena infeksi virus. Apabila dibiarkan penyakit ini dapat menimbulkan kebutaan.
c. Kekurangan vitamin A, kelainan yang terjadi karena kekurangan vitamin A yaitu rabun senja, vitamin A sangat penting untuk kerja retina.

2. Indera Pendengar (Telinga)
Telinga adalah organ yang terspesialisasi menerima rangsang berupa getaran. Telinga ibarat stasiun penerima gelombang suara dan otaklah yang mengartikan gelombang suara tersebut. Selain berfungsi dalam indra pendengaran, telinga juga menentukan keseimbangan posisi kepala. Telinga dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian luar, bagian tengah, dan bagian dalam.

3. Indra Pembau (Hidung)
Selain sebagai alat respirasi, hidung juga merupakan organ sensorik yang terspesialisasi untuk menangkap rangsang kimia. Hidung terlindung dari lapisan tulang rawan dan bagian rongga dalam mengandung sel-sel epitel. Bagian tersebut dilengkapi lendir dan rambut-rambut pembau. Di udara, rangsang kimia yang ringan dibawa dalam bentuk gas yang kemudian diterima oleh kemoreseptor berisi silia di hidung yang disebut reseptor olfaktori. Epitel olfaktori terletak di atas rongga hidung. Sel-sel olfaktori tersebut akan mengirimkan impuls melewati akson menuju bulbus olfaktori pada otak.
Ketika suatu substansi masuk ke rongga hidung, substansi tersebut akan menempel pada protein reseptor spesifik pada silia. Menempelnya substansi tersebut memicu adanya potensial aksi. Di otak, sinyal dari potensial aksi akan diolah. Manusia dapat membedakan ribuan bau yang berbeda.

4. Indra Peraba (Kulit)
Kulit merupakan indera peraba manusia, kulit terdiri atas epidermis dan dermis. Epidermis ialah lapisan luar yang terdiri atas lapisan sel yang disusun sangat rapat jaringan epitel. Sedangkan, dermis, ialah lapisan di bawah epidermis yang terdiri atas sel yang longgar yang letaknya agak berjauhan dari satu sel ke sel lainnya.
Kulit mengandung reseptor yang paling banyak dibanding dengan organ-organ lain di dalam tubuh. Reseptor tersebut berupa mekanoreseptor, yaitu suatu reseptor yang akan aktif jika terkena rangsangan berupa tekanan atau sentuhan. Setiap reseptor akan merespons rangsangan yang berbeda-beda. Kulit kita mempunyai kepekaan terhadap rangsang seperti panas, dingin, tekanan, sentuhan dan rasa sakit karena di bagian tersebut banyak terdapat saraf-saraf sensori yang bekerja secara spesifik, misalnya rangsang sentuhan diterima oleh reseptor korpuskel meissner, rangsang tekanan diterima oleh reseptor korpuskel paccini, dan rangsang dingin diterima oleh reseptor ruffini.

5. Indra Pengecap (Lidah)
Lidah merupakan indra pengecap. Pada lidah terdapat banyak kemoreseptor berupa kuncup pengecap. Di dalam kuncup pengecap terdapat sel-sel reseptor rasa. Ketika makanan masuk ke dalam kuncup pengecap, sel-sel reseptor rasa akan aktif dan mengirimkan impuls saraf. Impuls saraf tersebut akan dikirim ke otak melalui neuron. Otak akan mengolah impuls tersebut sebagai rasa. Terdapat bermacam-macam reseptor rasa yang membedakan rasa. Lidah dapat merasakan empat macam rasa, yaitu, manis, asin, asam, dan pahit. Setiap makanan yang masuk akan merangsang beberapa tipe reseptor.

Baca juga Soal Ulangan IPA Kelas 7 Objek IPA dan Pengamatannya
Untuk lebih jelas dan lebih lengkapnya mengenai SISTEM REGULASI : Sistem Saraf, Sistem Endokrin dan Sistem Indra silahkan download filenya di bawah ini.

Belum ada Komentar untuk "SISTEM REGULASI : Sistem Saraf, Sistem Endokrin dan Sistem Indra"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel