Pengertian Ekosistem Dan Konservasi
Pengertian Ekosistem Dan Konservasi |
A. Makhluk Hidup dan Lingkungan
Udara, air, dan tanah merupakan benda mati yang disebut abiotik. Di dalam hutan, udara terasa segar, juga terdapat aliran sungai kecil atau kolam serta, tanah tempat tumbuh tanaman. Di dalam hutan, terdapat berbagai jenis tumbuhan dan hewan yang hidup di dalamnya, seperti tanaman pohon perdu, tanaman penutup tanah, juga terdapat hewan seperti ular, musang, trenggiling, lipan, dan kupu-kupu. Makhluk hidup penghuni hutan tersebut disebut biotik. Hutan tersebut adalah contoh ekosistem. Ekosistem adalah satu kesatuan yang dibentuk oleh hubungan timbal balik antara makhuk hidup ( yang disebut komponen biotik) dan lingkungannya yang disebut komponen abiotik. Setiap ekosistem memiliki ciri-ciri lingkungan fisik, kimia, tipe vegetasi dan tipe hewan yang berbeda. Faktor abiotik yang mempengarui faktor biotik adalah iklim, tanah, air, udara, suhu, angin, kelebaban, cahaya, mineral. Variasi faktor abiotik menimbulkan kondisi berbeda pada setiap ekosistem.
Berdasarkan komponen penyusun ekosistem hutan merupakan ekosistem yang terdiri atas dua komponen, yaitu abiotik dan biotik. Ekosistem menjamin keberlangsungan kehidupan di dalamnya dengan cara mencukupi kebutuhan minimum organisme yang berada di dalamnya. Walaupun berdekatan, ekosistem mempunyai batas yang nyata dan terpisah satu dengan lainnya. Sebagai contoh ekosistem hutan, padang rumput, pesisir, kolam, dan lautan. Berbedanya makhluk yang berada di dalam ekosistem disebut sebagai keanekaragaman hayati. Kondisi lingkungan hidup beragam menyebabkan jenis makhluk hidup yang hidup didalamnya beragam pula. Keanekaragaman ini disebut keanekaragaman ekosistem. Menurut UU No. 5 tahun 1994, keanekaragaman hayati merupakan keanekaragaman makhluk hidup dari semua sumber, termasuk daratan, lautan, dan ekosistem akuatik (perairan). Komplek ekologi merupakan bagian dari keanekaragaman yang mencakup keanekaragaman spesies dan antar spesies dengan ekosistem. Berdasarkan definisi dari undang-undang tersebut, keanekaragaman hayati terdiri atas tiga tingkatan, yaitu keanekaragaman gen, keanekaragaman jenis, dan keanekaragaman ekosistem.
Keanekaragaman hayati memiliki banyak interpretasi, yaitu menggantikan istilah keragaman spesies dan kekayaan spesies. Keanekaragaman hayati diartikan sebagai "totalitas gen, spesies, dan ekosistem suatu daerah". Definisi ini digunakan untuk menggambarkan pandangan terpadu dari tiga tingkat karakter biologis, yaitu (1) keanekaragaman jenis, (2) ekosistem keanekaragaman dan (3) keanekaragaman genetik.
Ekosistem secara global disebut biosfer, yaitu seluruh ekosistem di dunia atau ekosistem planet. Biosfer meliputi seluruh makhluk hidup dan tempat hidupnya. Biosfer meliputi atmosfer hingga permukaan bumi, bahkan sampai kedalaman laut yang dalam. Biosfer adalah bagian luar planet bumi mencakup daratan, udara, dan air, sebagai tempat kehidupan berlangsung. Dalam pengertian geofisiologi, biosfer diartikan sebagai sistem ekologis global yang menyatukan semua makhluk hidup dan interaksinya antara satu sama lain atau interaksi dengan lingkungannya. Biosfer bagian luar planet bumi mencakup daratan, udara, dan air, sebagai tempat kehidupan berlangsung. Biosfer dapat pula diartikan sebagai kumpulan bioma.
Ekosistem adalah suatu kesatuan komunitas dan lingkungan hidup yang saling berinteraksi satu sama lain dan membentuk hubungan timbal balik yang berkelanjutan. Oleh karena itu, ekosistem disebut pula sebagai sistem lingkungan (sistem ekologi). Ekosistem memiliki ukuran yang berbeda-beda. Ekosistem kecil akan membentuk ekosistem yang lebih besar. Seluruh ekosistem di muka bumi ini akan membentuk satu ekosistem yang lebih besar yang disebut bioma, contohnya bioma hutan hujan tropis.
B. Komponen Penyusun EkosistemKomponen utama pembentuk ekosistem adalah habitat dan komunitas. Habitat adalah lingkungan abiotik (lingkungan fisik) tempat dimana organisme hidup. Komunitas adalah kelompok individu dari jenis yang sama dan bersama-sama menghuni tempat tertentu. Ekosistem terdiri atas berbagai komunitas yang saling berinteraksi dengan komunitas lain dan dengan lingkungan fisiknya.
1. Komponen Abiotik
Habitat atau lingkungan abiotik adalah komponen penyusun ekosistem yang terdiri atas faktor fisik dan kimia dari sebuah medium tempat berlangsungnya kehidupan bagi komponen biotik. Sebagian besar komponen ini sangat bervariasi dalam dimensi ruang dan waktunya. Adapun komponen abiotik berupa bahan atau senyawa anorganik, serta faktor yang mempengaruhi distribusi makhluk hidup dalam ekosistem. Komponen abiotik (komponen penyusun ekosistem) merupakan segala sesuatu di luar makhluk hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia. Komponen abiotik terdiri atas suhu, air, cahaya matahari, udara, bebatuan dan tanah, kelembaban, Altitude dan latitude. Komponen abiotik dapat memengaruhi komponen biotik, begitu pula sebaliknya. Berikut ini akan dijelaskan masing-masing dari komponen abiotik dalam ekosistem tersebut.
a. Suhu
Suhu lingkungan merupakan faktor yang sangat penting bagi distribusi atau penyebaran suatu organisme. Hal tersebut karena suhu dapat mempengaruhi proses biologis dan kemampuan suatu organisme dalam mengatur (regulasi) suhu tubuhnya secara tepat. Setiap makhluk hidup membutuhkan suhu tertentu yang sesuai untuk melakukan aktivitas hidupnya dengan optimum (suhu optimum). Tumbuhan dapat melakukan fotosintesis dengan hasil optimum pada suhu yang tidak terlalu panas, tetapi juga tidak terlalu dingin (antara 26-30 °C), meskipun di luar kisaran suhu tersebut fotosintesis tetap dapat dilakukan, namun hasilnya kurang optimum. Sel dari suatu makhluk hidup dapat pecah apabila suhu lingkungannya sangat jauh dari suhu optimum (di bawah 0 °C), hal ini terjadi karena cairan di dalam sel membeku. Begitu pun apabila suhu lingkungan berada di atas 45 °C, protein yang terdapat di sebagian besar organisme dapat terdenaturasi atau rusak. Burung pinguin merupakan contoh organisme yang dapat melakukan metabolisme pada suhu yang sangat rendah ataupun suhu yang tinggi. Pinguin mampu beradaptasi terhadap suhu lingkungan yang sangat ekstrim di bawah nol. Suatu ekosistem dapat memiliki suhu yang berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti angin dan cahaya matahari.
Pohon jati merupakan tanaman yang mampu beradaptasi apabila suhu lingkungan tidak sesuai. Pohon Jati pada saat suhu lingkungannya tinggi akan beradaptasi dengan mengugurkan daunnya yang bertujuan mengurangi penguapan. Pada makhluk hidup yang motil (dapat bergerak), jika suhu lingkungan tidak sesuai, ia dapat berpindah tempat. Contohnya pada burung alap-alap nippon (Accipiter gularis) yang melakukan migrasi pada saat musim dingin dari daerah Jepang menuju daerah Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Bali.
b. Cahaya
Cahaya matahari merupakan sumber energi bagi seluruh makhluk hidup. Cahaya matahari menyediakan energi yang memengaruhi suatu ekosistem. Tumbuhan yang ada di darat menggunakan cahaya matahari untuk melangsungkan proses fotosintesis, begitu juga dengan alga dan Cyanobacteria yang ada di laut. Tumbuhan hijau mampu mengubah zat anorganik menjadi zat organik (melalui proses fotosintesis) apabila ada bantuan energi sinar matahari. Energi kimia yang tersimpan dalam senyawa organik hasil fotosintesis tumbuhan hijau sangat diperlukan sebagai energi kehidupan bagi makhluk hidup lain. Manusia juga dapat memanfaatkan energi sinar matahari untuk membangun pembangkit listrik yang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan energi dalam kehidupan sehari-hari.
Cahaya juga sangat penting bagi perkembangan dan tingkah laku beberapa spesies tumbuhan dan hewan yang sensitif terhadap cahaya, terutama terhadap lamanya waktu siang (day time) dan lamanya waktu malam (night time). Misalnya, waktu berbunga pada tumbuhan dan saat beraktivitas pada hewan. Hewan yang beraktivitas pada malam hari atau nokturnal contohnya burung hantu. Adapun pada tumbuhan, ada jenis tumbuhan yang berbunga apabila waktu malam lebih lama dari waktu siang, begitu juga sebaliknya.
c. Udara
Atmosfer bumi merupakan campuran berbagai macam gas (udara) serta partikel- partikel debu. Sekitar 78% gas di atmosfer berupa gas nitrogen, 21% gas oksigen, 1% gas argon, serta sekitar 0,035% terdiri gas CO2, sisanya berupa uap air. Semua makhluk hidup membutuhkan oksigen untuk bernapas serta membebaskan CO2 ke udara. Selain membebaskan CO2 saat bernapas, tumbuhan juga menyerap CO2 dari udara untuk fotosintesis. Hasil dari fotosintesis ini akan dilepaskan oksigen yang nantinya akan digunakan oleh makhluk hidup lainnya. Kegiatan manusia yang dapat meningkatkan kadar CO2 di udara, dapat menurunkan kualitas udara bagi kehidupan.
d. Air
Air merupakan komponen yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup. Sebagian besar tubuh makhluk hidup (90%) tersusun oleh air, sehingga begitu pentingnya air bagi metabolisme makhluk hidup. Air berfungsi sebagai zat pelarut di dalam tubuh serta membantu proses metabolisme di dalam tubuh. Bagi tumbuhan, air merupakan komponen penting dalam fotosintesis, sarana transportasi zat, membantu proses pertumbuhan sel-sel, serta menjaga tekanan osmotik sel. Bahkan mikroorganisme seperti bakteri serta jamur mempersyaratkan kondisi yang lembap agar dapat hidup dengan baik.
Persediaan air di setiap habitat berbeda secara kualitas maupun kuantitas. Organisme yang hidup di daerah perairan maupun daratan berbeda dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Organisme yang hidup di air, seperti air tawar maupun air laut harus beradaptasi dengan keadaan air sekitarnya. Misalnya, organisme yang hidup di
laut harus beradaptasi dengan kadar garam (salinitas) air laut. Organisme yang hidup di daratan beradaptasi sesuai dengan habitatnya, seperti gurun, hutan tropis, dan savana. Misalnya, tumbuhan yang hidup pada daerah dengan curah hujan yang rendah memiliki adaptasi akar yang panjang, lapisan lilin pada daun yang tebal, dan daun yang kecil untuk mengurangi penguapan. Di dalam suatu ekosistem, air dapat memengaruhi organisme yang hidup di dalamnya. Faktor-faktor yang dapat memengaruhi organisme dalam suatu ekosistem tersebut, yaitu suhu air, salinitas air, dan tingkat keasaman air.
e. Tanah dan bebatuan
Tanah berfungsi sebagai tempat hidup berbagai makhluk hidup dalam suatu ekosistem. Di dalam tanah terdapat zat hara yang merupakan mineral penting untuk mempertahan kan proses di dalam tubuh, terutama bagi tumbuhan. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan organisme yang hidup di dalamnya berbeda. Karakteristik tanah yang meliputi antara lain struktur fisik, komposisi mineral, dan pH membatasi penyebaran organisme yang berdasarkan kandungan sumber makanan di tanah.
Tanah merupakan habitat sebagian besar makhluk hidup. Tumbuhan membutuhkan tanah sebagai sumber unsur hara maupun air. Akar tumbuhan masuk ke dalam tanah untuk mendapatkan airdari tanah serta mineral yang diperlukan untuk tumbuh dan berkembang. Demikian pula hewan-hewan yang menggunakan tanah sebagai tempat hidupnya serta melakukan segala aktivitasnya. Beberapa serangga dan cacing meletakkan telurnya dalam tanah untuk melanjutkan kerurunannya. Setelah menetas lalu menjadi larva, kemudian tumbuh dan berkembang menjadi dewasa. Struktur fisik, pH, dan komposisi mineral dari bebatuan dan tanah dapat memengaruhi jenis dan distribusi makhluk hidup yang menghuninya. Beberapa tumbuhan memiliki rentang hidup pada faktor kimia yang berbeda dan beberapa spesies tumbuhan dapat digunakan sebagai bioindikator.
f. KelembabanKelembaban udara menyatakan persentase jumlah uap air di udara. Uap air tersebut berasal dari penguapan air laut, sungai, danau, waduk dan sumber lain, maupun dari pelepasan uap air dari tubuh makhluk hidup. Semakin tinggi kadar uap air di udara, maka semakin tinggi tingkat kelembapan udaranya. Daerah yang berhawa dingin seperti pegunungan lebih lembap daripada daerah yang berhawa panas seperti pantai. Jenis tumbuhan yang hidup di dua daerah tersebut juga berbeda. Pada daerah lembap, lebih banyak terdapat tumbuhan yang memerlukan sedikit sinar matahari seperti paku-pakuan, lumut, dan anggrek yang biasanya hidup secara epifit pada batu-batu lembap, batang kayu basah, dan lainnya. Di daerah panas misalnya pantai, lebih banyak ditumbuhi tumbuhan seperti bakau dan pohon kelapa. Udara yang lembap juga sangat membantu pertumbuhan jamur dan bakteri. Bahkan udara yang kelembabannya tinggi sangat berpeluang mendatangkan hujan, yang berarti mengembalikan air kembali lagi ke asalnya.
g. Altitude dan latitude
Altitude merupakan ketinggian tempat dari permukaan laut, sedangkan latitude merupakan perbedaan letak karena perbedaan jarak dari garis lintang. Topografi atau ketinggian tempat berpengaruh langsung terhadap kadar oksigen dan tekanan udara. Semakin tinggi suatu tempat, tekanan udara dan kadar oksigen akan semakin berkurang. Altitude dan latitude sangat memengaruhi sebaran/distribusi makhluk hidup, baik tumbuhan, hewan ,maupun mikroorganisme. Seekor beruang kutub tidak akan ditemukan di daerah tropis, atau sebaliknya pohon kelapa tidak mungkin tumbuh di daerah kutub. Perbedaan faktor fisik yang sangat tajam antara daerah kutub dan daerah tropis menyebabkan perbedaan sebaran tumbuhan. Spesies tumbuhan dan hewan pada dua daerah yang secara fisik berbeda akan berbeda pula.
2. Komponen Biotik
Komponen biotik adalah komponen penyusun ekosistem yang terdiri atas seluruh mahluk hidup (organisme) yang ada di dalamnya. Komponen ini berdasarkan peran dan fungsinya terbagi menjadi 2 jenis, yaitu sebagai komponen heterotof (konsumen) dan komponen pengurai (dekomposer).
a. Produsen
b. Konsumen
C. Jenis Ekosistem
D. Suksesi dan Klimaks
E. Rantai Makanan dan Jaring Makanan
F. Daur Biogeokimia
Untuk lebih lengkap dan jelasnya silahkan download ringkasan materinya di bawah ini.
D. Suksesi dan Klimaks
E. Rantai Makanan dan Jaring Makanan
F. Daur Biogeokimia
Untuk lebih lengkap dan jelasnya silahkan download ringkasan materinya di bawah ini.
Belum ada Komentar untuk "Pengertian Ekosistem Dan Konservasi"
Posting Komentar